Trend Koor Gereja di Kalangan OMK

Paduan suara (koor, vocal group, solo dsb) dalam ibadah mempunyai dua fungsi kembar yaitu: (Pandangan ini dikemukakan oleh para aktivis Gereja. Koor dijadikan Sebagai wahana pemberitaan firman. Dan bila paduan suara ini dipahami sebagai sebagai wahana maka posisinya berdiri di pihak pelayan atau berdiri menghadap jemaat. Koor dijadikan juga Sebagai respons (aklamasi). Bila paduan suara itu dipahami sebagai akklamasi atau respon jemaat atas karya Tuhan, maka posisinya menghadap altar.

Dari pandangan di atas kita dapat mengambil sikap untuk menentukan posisi dalam ber koor (paduan suara).Dan satu hal yang perlu kita yakini bahwa kehadiran kita dalam ibadah itu juga merupakan respons terhadap karya Tuhan.Di dalam ibadah itu sendiri "Tuhan berfirman kita menjawab". Jadi baik kehadiran dan termasuk paduan suara yang kita nyanyikan merupakan respons kita terhadap karya Tuhan ataupun respon kita terhadap firman Tuhan, maka saya setuju posisi dalam ber koor (paduan suara) dalam ibadah adalah menghadap ke altar.

Dan kalaupun mengikuti pandangan yang pertama di atas "paduan suara" sebagai wahana, pemberitaan atau katakanlah kesaksian sehingga posisi yang berpaduan suara itu tampil ke depan (menghadap jemaat) maka sangat perlu kita renungkan apa yang diungkapkan Paulus ini: "...Bilama kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun" (1 Kor 14:26). Artinya mereka yang berpaduan suara itu harus menjaga supaya jangan terjadi keributan sehingga menganggu ketertiban dan melalui pakaian juga perlu mendapat perhatian, supaya tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain, yang semuanya itu boleh masuk kategori tidak membangun dalam beribadah.

keefektifan dalam menyanyikan puji-pujian gerejani sangat tergantung pada kwalitas pemimpinnya. Saya kira, kita tidak dapat menyangkali hal itu. Karena dalam kenyataannya kita dapat menyaksikan bahwa jemaat yang sama, jika dipimpin oleh pemimpin pujian yang berbeda, dapat memberikan kwalitas yang sangat berbeda pula. Itulah sebabnya Reynolds menyarankan tiga hal penting yang harus dimiliki oleh pemimpin pujian. Pertama, adanya kemampuan untuk mempengaruhi jemaat. Hal ini dapat dicapai secara rohani, di mana pemimpin pujian memancarkan kekuatan/wibawa rohani ketika memimpin pujian tsb. Dengan demikian, yang diharapkan dari seorang pemimpin pujian bukan sekedar kemampuan teknis -seperti penguasaan dari lagu yang dinyanyikan- tetapi terutama kehidupan kerohanian yang terpancar melalui kata-kata yang diucapkan serta melalui seluruh penampilannya di depan jemaat. Kedua, kemampuan untuk peka terhadap kebutuhan yang dinyatakan jemaat.

Artinya, pada kondisi tertentu, kadang-kadang jemaat perlu didorong atau dimotivasi untuk bernyanyi lebih keras atau agar lebih menghayati setiap syair lagu yang dinyanyikan. Nah, untuk mencapai tujuan tsb, pemimpin pujian harus memiliki keberanian dan kebijakan untuk melakukannya. Ketiga, kemampuan untuk mengembangkan dan menggunakan teknik yang kreatif untuk menyanyikan puji-pujian yang baik. Termasuk di sini adalah kwalitas suara pemimpin pujian itu sendiri yang menjadi contoh nyata untuk diikuti oleh seluruh jemaat. Demikian juga, kemampuan untuk memimpin jemaat dengan tangannya, di mana kedua tangannya dapat difungsikan dengan baik untuk memberi aba-aba: cepat-lambat, keras-lembut lagu pujian tsb. Dengan perkataan lain, sangat diharapkan kemampuan pemimpin pujian untuk menguasai setiap lagu yang dinyanyikan (apakah itu 2 ketuk, 3 ketuk, 4 ketuk, dstnya) dan dengan jelas hal itu dipindahkan kedalam gerakan tangan. Sangat disayangkan jika pemimpin pujian hanya berdiri di depan jemaat seperti patung tanpa memberi pengaruh apapun!

Peranan Pemain Musik, Pada umumnya para hymnologist sepakat bahwa peranan pengiring pujian (pianis, organis atau pemain gitar) sangat menentukan dalam menciptakan pujian jemaat yang baik. Itulah sebabnya baik Eskew dan McElrath, maupun Sydnor -yang memberikan bab khusus dalam menguraikan peran pengiring pujian- berpendapat bahwa orang yang memainkan lagu puji-pujian adalah “the real leader in hymn singing”. Oleh karena itu, mereka harus melakukan yang terbaik dalam mengiringi jemaat untuk memuji Tuhan. penulis juga menegaskan bahwa bunyi suara alat-alat musik yang mengiringi nyanyian tersebut haruslah meningkatkan, memperkaya dan membantu kwalitas bernyanyi dan menjadi bagian dari keseluruhan nyanyian bersama. “Alat-alat musik tidak boleh menyimpang dari nyanyian dengan menarik perhatian padanya. Alat-alat musik sebaiknya tidak mengeluarkan suara yang terlalu keras sehingga menelan nyanyian dan para penyanyinya, atau tidak juga terlalu rendah sehingga hampir tidak memberi pengaruh”.

Saya kira, peringatan tsb sangat relevan. Dari peringatan tsb, kita menemukan dua ekstrim dari mereka yang mengiringi lagu pujian. Ekstrim pertama yaitu suara musik yang terlalu keras (ditambah lagi dengan pengeras suara dengan volume besar) sehingga menelan nyanyian dan para penyanyinya. Hal ini umumnya ditemukan dalam Gereja yang berlatar belakang Karismatik. Ekstrim yang kedua adalah suara musik yang terlalu rendah sehingga hampir tidak memberi pengaruh kepada jemaat. Hal spt ini umumnya ditemukan dalam ibadah di Gereja-gereja tradisional. Jadi, kedua latar belakang Gereja tersebut perlu waspada dan segera mengubah dan memperbaiki cara bermain musik mereka. Secara lebih kongkrit Sydnor memberikan beberapa petunjuk praktis yang harus dimiliki pemusik: harus mengerti musik dan lagu serta cara memainkannya, harus bermain tepat, pandai memberi irama, bermain dengan tempo yang baik, dan akhirnya tetap setia mengikuti teks lagu nyanyian tsb.

Hal lain yang penting untuk dilakukan adalah latihan bersama pemimpin pujian. Ada empat hal yang disarankan oleh Reynolds: a) menemukan intro yang tepat dari lagu tsb; b) mencari tempo dan nada yang tepat (usahakan mengikuti nada yang telah ditetapkan oleh pencipta lagu tsb); c) mencari gaya pengiringan; legato? Stacato? Akhirnya, kesepakatan volume suara dari alat2 musik yg digunakan.

Dua Kali ke Gua Maria

Ziarah ke Gua Maria Toho yang di gelar pada tanggal 18 mei 2008 kemarin menuai sukses, dan diadakan pula acara puncak yang diselenggarakan di pantai Samudera, Singkawang. tapi tidak hanya sebatas itu saja, pada tanggal 20 mei, OMK stellamaris diundang untuk menghadiri tahbisan tiga frater yang berlokasi di Gua Maria Anjungan. Hehe, lebay memang. sebab dalam satu bulan pergi ke Gua MAria harus dua kali berturut-turut. Tapi bedanya, pada tanggal 18 mei 2008 kami pergi menggunakan Dalmas Brimob, sedangkan pada tanggal 20 mei 2008 kami konvoy dengan menunggang kendaraan pribadi. Walaupun begitu, hal tersebut tidak menyurutkan rasa kebersamaan kami. Sehubungan dengan minggu ke tiga bulan Maria kali ini, Melalui acara ini kita diajak untuk lebih mengenal teladan Bunda Maria sebagai figur dalam iman, kesetiaan, dan ketabahannya di dalam menghadapi hidup.

Sangat disayangkan teman-teman kebanyakan berhalangan untuk mengikuti undangan tahbisan kali ini dikarenakan banyak diantara OMK kami yang ikut dalam Pekan Gawai Dayak di Rumah Betang, Jl. Sutoyo. Di saat suku Dayak sedang merayakan hari raya Display Budaya di Rumah Betang pada pertengahan bulan mei, kami mengadakan ziarah ke Gua Maria. Adil bukan? Gua ini unik. Untuk melaluinya kami harus berjalan kaki melalui jalan yang berbatu, menurun dan semak-semak kering karena musim kemarau. Namun begitu tiba, kami langsung dihadapkan pada gua yang indah dan alami yang masih dipenuhi tetesan embun nan menawan sebab kami tiba disana masih terhitung pagi hari. Letaknya yang jauh dari rumah penduduk membuat suasana gua sunyi dan hening. Itu membuat jiwa kami rindu akan keberadaan Tuhan. Di tempat ini, kami mengikuti misa yang dipimpin oleh Pastor Sonny Wengkang.MSC, pastor paroki Stellamaris Siantan. Kami membaur bersama umat stelamaris yang lain. dan ternyata ziarah itu menyenangkan kawan. mau coba? Silakan!

RAPAT PERSIAPAN KEBERANGKATAN

Maap kalo kemaren peserta yang akan mengikuti kegiatan ziarah ke Gua Maria Toho pada tanggal 18 mei 2008, di undang hanya memakai pemberitahuan SMS. Kami sebagai pengurus inti merasakan keterbatasan itu semalam tapi karena banyak kegiatan yang mesti kami persiapkan lagi demi menyelenggarakan program kami selama dua tahun ini, salah satu solusinya ya mengundang teman-teman dengan cara seperti itu. Tapi untuk kedepan kami akan berusaha untuk membuat undangan resmi.

Rapat kemaren malam hanya berkisar satu setengah jam. Dimulai jam 19.00 wib dan berakhir pada pukul 20.30 wib. Agenda yang dibahas antara lain: Persiapan Ziarah ke Gua MAria Toho sekaligus Rekreasi ke Pantai Samudra, Pembahasan Cap OMK, Pembahasan Undangan yang masuk bulan Mei, Tentang Ketentuan Rapat OMK, dan Kegiatan yang akan di gelar bulan Juni mendatang.

Rapat kali ini kami gelar di Gedung Serbaguna Paroki Stellamaris Siantan dikarenakan tidak boleh memakai Sekre OMK sebagai tempat rapat Resmi seperti malam tadi dan kami berharap teman-teman dapat menghargai rapat yang diadakan, tidak keluar masuk, tidak membahas masalah lain yang bukan agenda rapat. Paling tidak jika teman-teman menghargai rapat, kita bisa menghemat waktu rapat dan juga dapat perumusan hasil rapat dengan cara bermusyawarah seperti malam tadi.

TABRAKAN SELESAI MISA SORE

Pada hari minggu, dede dan vincent tidak turut ayah ke kota dengan naik delman dan duduk di muka (perasaan pernah denger lagu itu). Vincent dan dede malah memutuskan untuk mengikuti misa minggu sore di gereja Maria Ratu Pencinta Damai (sebut saja MRPD) setelah pulank dari undangan pernikahan salah satu mantan ketua Orang Muda Katholik paroki siantan periode 2002-2004 yang melangsungkan resepsi pernikahan di Hotel garuda Pontianak. Tidak ada perasaan kepengen ditabrak orang waktu memulai keberangkatan. firasat? oo,gak ada tuh!
"Kami malah sepanjang jalan pergi dan pulank dari misa, ya seperti biasa, bersenda gurau sambil menikmati angin malam.

Mereka hanya memakai satu motor pada malam itu, motornya Bapak vincent pula. Tabrakan terjadi saat perjalanan pulank mereka dari gereja tersebut. Mereka melewati bundaran Matahari Mall, niatnya sih mau lewat Jl.tanjungpura, biar cepat nyampe siantan. Eh, tiba-tiba ada dua pasang muda-mudi yang lumayan jelek nyelonong tanpa menghidupkan lampu sen. Waaa, gedubrakk! gitu kira-kira bunyinya...
Sakit memang, apalagi dede dengan pasrah membiarkan kaki kanannya di timpa motor. vincent hanya mengaku perih-perih dikit...sedangkan motor? mmm,baik-baik saja!

pengendara agak terlihat pucat, dengkul goyang, muka tetap jelek trus ndak ada niat mereka sedikitpun untuk beri pertolongan yang berarti sama vincent, dede dan juga motor....doa dede cuma satu, ya Bapa, semoga korban "kartu AXIS" di Pontianak adalah mereka yang sudah nabrak dede dan vincent di depan Matahari Mall hari minggu malam kemaren. mari kita ucapkan bersama-sama...AMIN!

AXIS? kartu gereja setan kah?

Menurut berita yang saya dengar sebelumnya, akhir bulan ini Natrindo Telepon Seluler (NTS) akan merilis AXIS di Jakarta. Entah terkait dengan launching-nya AXIS di Jakarta atau tidak, belakangan ini tersebar isu tidak sedap mengenai AXIS, yaitu bahwa AXIS adalah kartu setan. Kabar ini menyebar melalui SMS, forum diskusi internet, dan juga komentar-komentar di blog seperti beberapa komentar yang masuk blog ini pada entry ini, salah satunya saya tampilkan berikut.

Guys, Kartu AXIS uda mulai kluar. Uda ada di counter2 HP, uda ada yg jual. JANGAN BELI apalagi di PAKAI. Uda pd tau kan klo itu kartu SETAN??? Jd JANGAN COBA2, Tuhh Kartu PDKG GEREJA SETAN = “SIX-A” Ciri2nya: Sampulnya warna putih,ada garis warna ungu n orange. Posternya banyak angka 60. sebarin ke temen2 km semua. 1 sms selamatkan 1 jiwa. INGAT JANGAN COBA2…!!!! (just fwd)

Entah siapa yang menyebarkan pertama kali isu ini. Ketika AXIS launching di Surabaya dan Bandung, isu seperti ini tidak saya dengar. Hanya masalah model penarifan yang banyak mengandung angka 6 termasuk pembalikan AXIS menjadi "SIX-A", ternyata ada saja yang terkecoh hoax semacam ini dan meneruskan ke orang lain. Kalau ini fitnah, bukannya malah menambah dosa dan menjadi sahabat setan?

Bisa jadi hanya berawal dari "main-main" yang kemudian dianggap serius, atau bisa juga belatar belakang bisnis, takut tersaingi dengan tarif yang diberlakukan AXIS termasuk gratis akses data 100 MB per bulan. Kalau masalahnya persaingan, lawan saja AXIS dengan memberikan gratis akses data 1 GB per bulan dan tarif di bawahnya, sepertinya akan banyak orang yang melirik.

Mengenai angka 6, sebenarnya juga AXIS tidak konsisten, karena akses data gratis 100 MB per bulannya tidak mengandung angka 6 sama sekali, bukan 6 GB atau setidaknya 666 MB per bulan. Kalau ini diwujudkan dan kemudian ada yang menganggap kartu SETAN, wajar saja, kemungkinan orang tersebut memang SEnang interneTAN.

Ibadat Keliling ke 2




Syalom,
menurut pendapatmu, apa yang pantas teman-teman banggakan selain berkumpul dalam kebersamaan dan bergumul dalam iman? nah, kali ini kami akan memastikan dengan seksama sampai dimana sih kepedulian teman-teman dalam mensukseskan kegiatan yang sudah disepakati? mari kita simak kepedulian orang muda katholik dalam aktivitasnya kali ini.

pada hari jumat malam, tepatnya tanggal 1 mei 2008 pukul 7, bertepatan pula dengan peringatan hari kenaikan Isa Almasih yang biasa kita sebut dengan hari raya pentakosta, kami (read: OMK stellamaris Siantan mengadakan ibadat keliling yang keduakalinya dalam masa kepengurusan ini. Pada ibadat keliling yang pertama,kami mengadakannya di kediaman Karmila, salah satu anggota OMK kami. Dan ibadat kedua kami laksanakan malam tadi, sekitar jam 7.30 dirumah kediaman Ketua OMK sendiri, dede. OMK yang datang lumayan ramai, tidak seperti ibadat di rumah Karmila kemarin walaupun kedatangan mereka agak molor dari waktu yang ditentukan yaitu jam 7 tapi kegiatannya tergolong sukses.

kami mengadakan kegiatan ini sekitar dua minggu sekali. sangat berat memang menentukan target ibadat karena kebanyakan yang mereka yang akan dijadikan tuan rumah menolak hanya karena alasan belum siap dana atau malu karena rumah mereka tidak layak untuk dijadikan target ibadat keliling. Padahal kami sebagai pengurus OMK tidak bermaksud untuk membuat repot tumah rumah. Kami hanya ingin membangun silaturahmi dengan tuan rumah dan OMK di setiap kring.

Sebenarnya masalah itu dilarang muncul, apalagi memakai alasan seperti itu. jadi kami akan sangat bahagia jika kami dapat membantu tuan rumah dalam mempersiapkan ibadat demi kelancaran kegiatan kami, meskipun kami harus menyumbang tenaga dan juga waktu dan menurut kami, menu ibadat tidak perlu mewah tetapi tujuannya dapat mempererat tali silaturahmi antar OMK Paroki dengan OMK kring yang menjadi tempat target ibadat.